KEMBALI TINJAU BANJIR, GUBERNUR KALSEL SIAPKAN SOLUSI JANGKA PANJANG
Banjar – Gubernur Kalsel H. Muhidin yang turun langsung ke lokasi banjir menegaskan akan menyiapkan solusi jangka panjang penyelesaian banjir di Banua, khususnya di Kabupaten Banjar.
Hal itu disampaikan Gubernur H. Muhidin saat meninjau dan menyerahkan bantuan banjir kepada warga terdampak banjir di Kecamatan Sei Tabuk, Kabupaten Banjar pada Rabu (29/01/2025).
Gubernur yang didampingi Dirjen Bina Marga PU RI, Plh. Sekdaprov Muhammad Syarifuddin dan Bupati Banjar Saidi Mansyur menegaskan bahwa, pemerintah provinsi bersama pemerintah pusat sedang mencari solusi jangka panjang untuk mengatasi banjir. Salah satunya melalui percepatan pembangunan Bendungan Riam Kiwa, yang diperkirakan dapat mengurangi banjir di Kabupaten Banjar hingga 70 persen.
“Kami akan terus berkoordinasi agar pembangunan bendungan ini bisa segera berjalan. Mudah-mudahan dalam lima tahun ke depan, kita bisa melihat hasilnya,” tambahnya.
Pada kesempatan itu pula, pemerintah provinsi akan memastikan bantuan tersalurkan dengan baik dan upaya penanganan dilakukan secara transparan.
“Kami hadir untuk masyarakat, memastikan bantuan tepat sasaran dan tidak ada yang terlewat. Saya tahu ini musibah berat bagi warga Sungai Tabuk, tapi kita harus tetap kuat dan sabar,” ujar Gubernur.
Sementara itu, huan deras yang mengguyur Kalimantan Selatan selama lebih dari dua pekan membawa duka mendalam bagi warga Sungai Tabuk. Salah satu yang merasakan dampak paling besar adalah Jamiatul (54), warga Desa Lok Buntar seorang petani yang kini hanya bisa memandangi sawahnya yang berubah menjadi lautan air.
Di depan rumahnya yang terendam banjir itu, Jamiatul berdiri dengan sorot mata kosong. Tangannya menggenggam erat sebatang bambu yang digunakannya untuk berjalan di halaman rumahnya yang kini penuh air.
“Biasanya pagi-pagi kami sudah di sawah,” ujarnya lirih.
Air menggenangi rumah panggung kayunya sejak dua minggu lalu. Dapurnya tak bisa lagi digunakan, lantai rumah licin dan penuh lumpur. Untuk tidur, ia dan keluarganya hanya mengandalkan tempat yang lebih tinggi di dalam rumah.
“Kami di sini sudah biasa banjir, meski pun ini tidak separah tahun 2021 lalu, tetapi banjir ini lumayan lama surutnya,” katanya sambil menunjuk garis air di dinding rumahnya yang menandakan ketinggian air yang sempat mencapai dada orang dewasa.
Jamiatul bukan satu-satunya yang terdampak. Ribuan masyarakat di Kecamatan Sungai Tabuk mengalami hal yang sama. Sawah-sawah mereka tenggelam, tak ada yang bisa diselamatkan.
“Kami tidak bisa bertani, tidak bisa bekerja. Hanya bisa menunggu air surut, tapi itu pun entah kapan,” tambahnya dengan nada pasrah.
Banjir kali ini telah menyebabkan 40.000 rumah di Kabupaten Banjar tergenang air, dengan 13.000 jiwa terdampak di Sungai Tabuk. Bupati Banjar, H. Saidi Mansur, mengungkapkan bahwa hingga saat ini sudah ada 130 orang yang terpaksa mengungsi karena kondisi rumah mereka sudah tak lagi bisa dihuni.
“Mudah-mudahan pertemuan ini menjadi doa kita agar banjir segera surut. Kondisi di lapangan sangat memprihatinkan, dan kami terus berupaya memberikan bantuan sebaik mungkin kepada masyarakat,” ujar Bupati Banjar.
Sementara itu, Camat Sungai Tabuk, H. Taufiqurrahman, menjelaskan bahwa Sungai Tabuk menjadi daerah yang paling parah terdampak banjir.
“Sudah lebih dari dua minggu air belum surut. Ini banjir paling parah, air sampai sedada orang dewasa. Sungai Tabuk ini datar, dan air dari hulu sangat besar debitnya. Makanya, sulit sekali untuk surut,” katanya.
Banjir yang berkepanjangan ini membuat aktivitas masyarakat hampir lumpuh total. Dari 20 desa di kecamatan Sungai Tabuk, terdapat 17 Desa yang terdampak banjir. (md/adpim).
Foto : M. Rezky Maulidja