Terima Hibah Seperangkat Gamelan, Paman Birin : Melestarikan Budaya Jawa
Banjarbaru – Gubernur Kalsel Sahbirin Noor atau Paman Birin melalui Plt. Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Suparmi menghadiri dan menyaksikan penyerahan seperangkat gamelan perunggu Laras Pelog Slendro Gagrak Yogyakarta sebanyak 48 item kepada Kempalan Keluarga Jogja (Kejogja) Kalimantan Selatan.
Gamelan senilai Rp.650.000.000,00 bersumber dari Dana Keistimewaan ini diserahkan oleh Wagub DIY KGPAA Paku Alam X di Pendopo Budaya Banjarbaru, Kalimantan Selatan pada Jumat (21/7)
Paman Birin dalam sambutan tertulisnya mengatakan, dukungan hibah gamelan ini akan makin menghidupkan budaya Jawa di komunitas Kejogja.
Selain itu dapat menguatkan rasa persaudaraan dan kebanggaan atas identitasnya.
Paman Birin memberikan dukungan penuh atas keberadaan komunitas Kejogja terutama dengan permainan gamelannya. Ia menilai, hal itu justru bisa mewarnai keragaman budaya di Kalimantan Selatan.
“Saya berpesan agar aset alat kesenian yang dihibahkan dapat dimanfaatkan dengan baik. Jadikan sebagai sarana saudara untuk melestarikan kebudayaan Jawa. Sekaligus menjadi ajang silaturahmi dan pengobat kerinduan dengan kampung halaman,” sampainya.
Kalimantan Selatan sendiri menurutnya, merupakan daerah yang terbuka dengan kedatangan suku manapun. Sedikitnya, ada 30 suku bangsa yang saat ini bermukim di Kalimantan Selatan.
Jumlah ini belum mencakup sub-sub suku secara spesifik, seperti suku Jawa yang terbagi lagi menjadi kelompok suku yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan dari wilayah kabupaten tertentu di Pulau Jawa.
Sebagaimana penduduk Kalimantan Selatan asli, warga pendatang juga kerap mendukung dan berkontribusi terhadap pembangunan di Kalimantan Selatan.
Paman Birin berharap, kehidupan masyarakat bisa terus hidup berdampingan dalam suasana damai dan harmonis.
Sementara Wagub DIY KGPAA Paku Alam X mengatakan, hibah gamelan Gagrak Yogyakarta ini, merupakan bentuk dukungan Pemda DIY kepada Paguyuban Kejogja di Kalimantan Selatan, atas komitmen dan upayanya melestarikan budaya kejogjaan di Bumi Lambung Mangkurat.
Gamelan yang dihibahkan ini diberi nama Banjararum. Nama ini menurut Sri Paduka dipilih dengan merujuk pada nama kota Banjarmasin sebagai episentrum Kalimantan Selatan. Banjararum diambil dari kata Banjar dan Arum yang bermakna taman yang harum.
“Nama Banjararum ini menjadi doa dan harapan, agar perangkat gamelan ini dapat menjadi sarana untuk mengharumkan nama Yogyakarta di Kalimantan Selatan, seiring sinergisitas antara kedua entitas tersebut. Semoga gamelan Banjararum dapat turut mewarnai kekayaan khasanah budaya bumi Kalimantan dan Nusantara,” kata Sri Paduka.
Sri Paduka menambahkan, saat ini eksistensi dan nilai filosofi gamelan telah diakui oleh dunia. Hal ini dibuktikan dengan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada 15 Desember 2021 lalu. Sehingga melestarikan gamelan ini menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai masyarakat Indonesia.
Sementara itu, Ketua Kejogja, Suharyanta mengatakan, pihaknya telah mengajukan permintaan gamelan ini pada tahun 2020. Namun karena pandemi Covid – 19, maka permintaan tersebut belum dapat diproses. Pertengahan 2022, ia mengaku dihubungi oleh Dinas Kebudayaan DIY dan dikabari akan mendapatkan hibah gamelan.
Hibah gamelan ini baginya adalah sesuatu yang luar biasa. Mengingat, Kejogja masih relatif muda, yaitu 7 tahun, tapi sudah mendapatkan amanah yang luar biasa dan istimewa. Hibah gamelan ini memang sudah menjadi impian Kejogja sejak dahulu.
Ia bersama para anggota paguyuban Kejogja sangat berterimakasih atas hibah tersebut kepada Gubernur dan Wakil Gubernur DIY serta jajarannya. Pun terimakasih ia sampaikan pada Gubernur Kalimantan Selatan jajarannya atas kesempatan dan juga dukungan pada paguyuba Kejogja hingga bisa eksis dan menjalin keterhubungan antara paguyuban dengan pemerintah provinsi.
Ia berharap, kehadiran gamelan Banjararum ini mampu mengobati rasa rindu pada kampung halaman. Ia juga berharap, meskipun jauh, namun tetap dapat nguri-uri kebudayaan DIY, tanpa mengesampingkan seni dan budaya di tanah Kalimantan Selatan. (adpim)