Habib Ali bersama Paman Birin Hadiri Maulid Nabi Muhammad SAW di Mahligai Pancasila
Banjarmasin – Pelaksanaan Pekan Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 H bersama Gubernur Kalimantan Selatan H. Sahbirin Noor telah memasuki hari kedua.
Pada pelaksanaan Maulid di hari Rabu (28/9) malam itu, tampak hadir Pimpinan Majelis Dzikir Ihya Ulumuddin Gambut, Kabupaten Banjar, Kalsel Habib Ali bin Abdullah Alaydrus.
Habib Ali bin Abdullah Alaydrus pun diawal acara secara khusus memimpin doa.
Sementara itu, KH. Supian Al-Banjari dihadirkan sebagai penceramah dan H. Fakhrurrazi Saubari sebagai Qori.
Dengan turut diiringi lantunan habsyi dari Grup Maulid Habsyi Irsyadul Fata dari Tatah Pemangkih Laut, pelaksanaan maulid hari kedua ini berlangsung khidmat dan cukup dipadati jemaah dari kalangan ASN dan tenaga kontrak Pemprov Kalsel hingga warga masyarakat.
Dalam sambutannya, Paman Birin menyampaikan bahwa tujuan dari pelaksanaan Maulid ini adalah agar semua jemaah dapat meneladani suri tauladan Nabi Muhammad SAW.
“Laqod kaana lakum fi Rasulullahi aswatun hasanah. Sesungguhnya pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik. Itu lah yang menjadi tujuan kita melaksanakan atau memperingati kelahiran Baginda Rasullulah SAW,” ujarnya.
Dirinya juga berharap seluruh jemaah yang berhadir khususnya, dan masyarakat Kalimantan Selatan pada umumnya dapat merasa bahagia di bulan Maulid ini karena bulan ini merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
“Kita ingin bergembira dengan kelahiran Baginda Rasulullah SAW di Bulan Maulid ini. kita berharap kaum muslimin di Kalsel menjadi bahagia dan gembira di bulan Maulid ini. Kita ingin di dalam hidup dan kehidupan kita ini selalu dalam suasana kebahagiaan, kegembiraan. Hidup hanya sekali mari kita gunakan untuk mengabdi kepada Illahi Robbi, surga pilihan abadi,” sampainya.
KH. Supian Al-Banjari dalam ceramahnya menyampaikan riwayat Nabi Muhammad SAW dari beberapa sisi.
Diantaranya adalah sejarah terciptanya syair-syair pujian seperti Burdah, Dalail Khairat, hingga Maulid Al-Habsyi dari para wali terdahulu, yang semuanya berkaitan dengan betapa mulianya Rasulullah SAW karena perbuatan dan syafaatnya.
KH Supian juga menyampaikan bahwa salah satu cara mencuci penyakit bathin adalah dengan perbanyak bershalawat.
“Dengan apa mencuci penyakit bathin? Diantaranya adalah dengan perbanyak bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW,” sampainya.
Saking mulianya Rasulullah SAW, saat Ibunda beliau mengandung Rasullah SAW, tidak sedikitpun Ibunda beliau merasakan rasa sakit. Semua dimudahkan.
Bahkan saat akan melahirkan, beliau dikelilingi 4 orang wanita mulia, yaitu Siti Hawa, Sarah istri Nabi Ibrahim AS, Asiyah istri Firaun dan Maryam ibunda Nabi Isa AS.
Nabi Muhammad SAW dilahirkan dengan Nur yang berputar di atas beliau, fisik yang indah dan juga akhlak yang mulia.
Nabi Muhammad SAW selalu baik kepada semua makhluk, bukan hanya kepada manusia tapi juga kepada hewan.
Disampaikan juga bahwa beliau selalu dan senantiasa mengingat dan memikirkan umat beliau.
Bahkan di saat beliau sakratul maut, Izrail mengatakan kepada beliau bahwa saat mencabut roh beliau itu, adalah sakaratul maut yang paling sedikit rasa sakitnya.
Namun beliau berujar,
“Meskipun begitu aku masih merasakan rasa perih,”
Kemudian di akhir hidup beliau saat itu, beliau berdo’a,
“Jangan timpakan rasa sakit ini kepada umatku, biar aku yang menanggungnya. Jangan biarkan umatku merasakan rasa perih ini, bahkan separuh saja dari rasa sakit yang kurasakan ini,” pinta beliau.
Saat roh beliau dibangkitkan setelah wafat, hal pertama yang beliau ucapkan adalah “Bagaimana keadaan umatku?”.
Seperti itu lah Baginda Rasulullah SAW selalu mengingat kita umatnya.
“Lalu bagaimana dengan kita, apakah kita mengingat beliau? Pertanyaannya apakah kita ingat kepada Nabi? Malam hari ini kita bershalawat mentakdzimkan kepada Nabi Muhammad SAW, ini membuktikan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW,” ujar KH. Supian Al-Banjari sebelum mengakhiri ceramahnya.
Saat Nabi Muhammad SAW wafat, Sayidina Ali bergetar, Sayidina Ustman terdiam seperti patung, Sayidina Umar naik ke atas bukit dan mencabut pedang sambil berucap “Siapapun yang mengatakan Nabi telah wafat, aku penggal lehernya”.
Sayidina Abu Bakar adalah yang paling tabah, bahkan beliau lah yang mendatangi Sayidina Umar dan mengatakan “Wahai Umar, kalau engkau menyembah Rasullah, Rasulullah telah wafat. Namun apabila kau menyembah Allah SWT, Allah SWT masih ada,”.
“Rasulullah SAW bijak dan husnudzon, dan merupakan rahmat bagi semesta alam,” ujar KH. Supian Al-Banjari saat mengakhiri tausyiahnya.(Ran/Adpim)